Archive for January, 2008

h1

Perempuan Punya Cerita

January 24, 2008

perempuan.jpgKalyanashira kembali menghadirkan sebuah film bertema perempuan setelah Berbagi Suami. Kali ini dibesut oleh empat perempuan sekaligus sebagai sutradara dan mengusung empat cerita berbeda, di empat belahan tempat yang berbeda dengan cerita yang berbeda tentunya. Yang sama adalah semuanya adalah cerita dari sudut pandang perempuan.

Penggambaran banyak cerita dalam sebuah film memang sudah sering dipakai di beberapa film, dan umumnya menghasilkan efek yang menakjubkan. Untuk menyebut beberapa di antaranya yang bagus: Traffic, Babel, Amores Perros, Pulp Fiction, dan yang paling baru dengan kolaborasi 22 sutradara dengan 18 cerita, Paris, je t’aime. Read the rest of this entry ?

h1

Kawin Kontrak, mending ngontrak daripada nonton

January 22, 2008

kawin.jpgSaya memang hanya nonton film ini karena iseng aja, pengen tau gimana sih perkembangan film Indonesia di luar sineas-sineas unggul yang biasa berjaya di festival. Sayangnya, harapan saya masih belum terpenuhi. Memang membuat sebuah film tidak sama dengan membuat sebuah guyonan. Film membutuhkan sebuah rangkaian cerita yang bisa mengikat kita di kursi selama lebih dari satu jam, dan itu bukan sebuah upaya yang mudah.

Mulanya kupikir film ini cukup menjanjikan sebagai sebuah film komedi saru. Kawin kontrak memiliki potensial yang bisa digali kalau mau, yang gagal digali oleh penulis dan sutradara. Humor-homornya tidak segar seperti yang sukses dilakukan oleh Quickie Express. Ia banyak mengandalkan slapstick tanpa bertumpu pada cerita. Read the rest of this entry ?

h1

Golden Compass, Prinsip atau freewill

January 9, 2008

golden.jpgSebuah film epik yang dibuat berdasarkan buku kembali ditelurkan Hollywood, kali ini dari buku trilogi Philip Pullman, The Golden Compass. Film ini mau mengulangi kesuksesan film epik yang dimulai oleh Lord of the Rings, yang telah membuat sebuah standar film epik kontemporer, Jika dibandingkan dengan dengan Narnia dan Bridge to Terabithia, film ini lebih unggul. Pertama, ia tidak terjebak untuk berlama-lama sehingga membosankan, dan kedua, casting yang lebih baik.

Aku sendiri sebenarnya lebih suka mengelompokkan film ini diluar film epik, yaitu dalam genre film yang menggambarkan pertarungan antara penguasa otoriter dan pecinta kebebasan, seperti yang diusung film V for Vendetta, dan Equilibrium, yang cukup bagus, atau yang gagal seperti Ultraviolet. Read the rest of this entry ?